pengenalan permakultur

pengenalan permakultur

Permakultur adalah filosofi desain dan serangkaian praktik yang berupaya menciptakan habitat manusia yang berkelanjutan dan regeneratif dengan meniru ekosistem alami. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi, desain lanskap, dan pertanian berkelanjutan, permakultur menawarkan pendekatan holistik untuk menciptakan lanskap yang berketahanan dan produktif. Dalam pengenalan permakultur ini, kami akan mengeksplorasi prinsip-prinsipnya dan menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan pada berkebun dan pertamanan demi lingkungan hidup yang lebih berkelanjutan dan harmonis.

Apa itu Permakultur?

Permakultur, gabungan dari kata “permanen” dan “pertanian”, diciptakan oleh Bill Mollison dan David Holmgren pada tahun 1970an. Sejak saat itu, pendekatan ini berkembang menjadi pendekatan multifaset untuk merancang pemukiman manusia dan sistem pertanian yang meniru hubungan yang ditemukan dalam ekosistem alami. Pada intinya, permakultur berupaya menciptakan sistem yang stabil, harmonis, dan berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan manusia sekaligus memberi manfaat bagi lingkungan.

Desain permakultur dipandu oleh tiga etika inti: kepedulian terhadap bumi, kepedulian terhadap manusia, dan pembagian yang adil. Prinsip-prinsip etika ini diterjemahkan ke dalam strategi dan teknik desain yang bertujuan untuk menumbuhkan keragaman, mengoptimalkan sumber daya, dan meminimalkan limbah.

Prinsip Permakultur

1. Observasi dan Interaksi : Permakultur menekankan pentingnya mengamati pola dan proses alam untuk lebih memahami bagaimana fungsi ekosistem. Dengan berinteraksi dengan sistem-sistem ini, kita dapat merancang intervensi yang sesuai, bukan bertentangan dengan, ketahanan yang melekat pada alam.

2. Menangkap dan Menyimpan Energi : Permakultur mendorong penangkapan dan efisiensi penggunaan energi dalam segala bentuknya, seperti sinar matahari, air, dan bahan organik. Prinsip ini mendasari strategi seperti pemanenan air hujan, desain tenaga surya pasif, dan teknologi hemat energi.

3. Memperoleh Hasil : Merancang produktivitas adalah aspek kunci dari permakultur. Hal ini melibatkan penciptaan sistem yang menghasilkan banyak keluaran bermanfaat sekaligus mendukung integritas ekologi.

4. Menerapkan Pengaturan Mandiri dan Menerima Umpan Balik : Dengan mempertahankan umpan balik yang konstan, sistem permakultur beradaptasi dan berkembang untuk semakin meningkatkan produktivitas dan keberlanjutannya.

5. Penggunaan dan Nilai Sumber Daya dan Jasa Terbarukan : Permakultur menekankan penggunaan sumber daya terbarukan dan pemeliharaan sistem alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.

6. Tidak Menghasilkan Limbah : Permakultur bertujuan untuk menciptakan sistem loop tertutup yang meminimalkan limbah dan memanfaatkan semua keluaran sebagai sumber daya untuk masukan baru.

7. Desain dari Pola ke Detail : Prinsip ini melibatkan pemahaman pola dan aliran yang lebih besar dalam sistem alam sebelum merancang komponen atau elemen spesifik dari suatu sistem.

8. Mengintegrasikan Daripada Memisahkan : Dengan menciptakan hubungan yang saling berhubungan dan saling menguntungkan antar elemen, desain permakultur berupaya meningkatkan ketahanan dan fungsionalitas sistem secara keseluruhan.

Permakultur dalam Berkebun

Ketika menerapkan prinsip-prinsip permakultur pada berkebun, tujuannya adalah untuk menciptakan sistem yang mandiri dan rendah pemeliharaan yang menghasilkan makanan berlimpah sekaligus meningkatkan keanekaragaman hayati dan kesehatan tanah. Teknik utama meliputi:

  • Serikat Tanaman: Konsep serikat tanaman melibatkan penciptaan komunitas tanaman yang saling menguntungkan yang saling mendukung pertumbuhan, kebutuhan nutrisi, pengendalian hama, dan fungsi lainnya.
  • Penanaman Pendamping: Dengan memilih kombinasi tanaman yang saling meningkatkan pertumbuhan, mencegah hama, atau meningkatkan kesuburan tanah, tukang kebun dapat meniru ekosistem alami untuk menghasilkan kebun yang sehat dan produktif.
  • Polikultur: Tidak seperti monokultur, di mana satu tanaman ditanam di area yang luas, polikultur melibatkan penanaman beberapa tanaman secara bersamaan, sehingga mendorong keanekaragaman dan mengurangi risiko kegagalan panen.
  • Hugelkultur: Teknik ini melibatkan pembuatan bedengan yang diisi dengan kayu busuk dan bahan organik, yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan kelembapan jangka panjang bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah.

Permakultur dalam Lansekap

Prinsip-prinsip permakultur juga dapat diterapkan pada lansekap untuk menciptakan ruang luar yang ramah lingkungan dan estetis. Pertimbangan dalam lansekap permakultur meliputi:

  • Pemanenan dan Pengelolaan Air: Strategi seperti taman hujan, sengkedan, dan fitur retensi air membantu menangkap dan menyimpan air hujan, mengurangi kebutuhan irigasi dan mencegah erosi.
  • Lansekap yang Dapat Dimakan: Mengintegrasikan tanaman yang dapat dimakan ke dalam desain lanskap tidak hanya menyediakan makanan tetapi juga menambah keindahan dan keragaman pada ruang luar.
  • Penciptaan Habitat Satwa Liar: Dengan menggabungkan tanaman asli dan beragam habitat, lanskap permakultur dapat mendukung satwa liar setempat dan berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati.
  • Praktik Regeneratif: Menekankan praktik seperti mulsa, pengomposan, dan berkebun tanpa pengolahan tanah membantu membangun tanah yang sehat dan meningkatkan keseimbangan ekologi di kawasan lanskap.

Kesimpulan

Permakultur menawarkan kerangka kerja holistik dan mudah beradaptasi untuk merancang dan mengelola sistem yang memenuhi kebutuhan manusia sekaligus meregenerasi lingkungan alam. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam berkebun dan pertamanan, individu dapat menciptakan ruang hidup yang berkelanjutan, berketahanan, dan indah yang bermanfaat bagi manusia dan planet secara keseluruhan.